Dajjal disebutkan berulang-ulang dalam Hadits,
sedangkan Ya'juj wa-Ma'juj bukan saja disebutkan dalam Hadits, melainkan pula
dalam Al-Qur'an. Dan kemunculannya yang kedua kalinya ini dihubungkan dengan
turunnya Al-Masih. Kata Dajjal berasal dari kata dajala, artinya, menutupi (sesuatu). Kamus
Lisanul-'Arab mengemukakan beberapa pendapat mengapa disebut Dajjal. Menurut
suatu pendapat, ia disebut Dajjal karena ia adalah pembohong yang menutupi
kebenaran dengan kepalsuan. Pendapat lainnya mengatakan, karena ia menutupi
bumi dengan bilangannya yang besar. Pendapat ketiga mengatakan, karena ia
menutupi manusia dengan kekafiran. Keempat, karena ia tersebar dan menutupi
seluruh muka bumi.
Pendapat lain mengatakan, bahwa Dajjal itu bangsa yang menyebarkan
barang dagangannya ke seluruh dunia, artinya, menutupi dunia dengan barang
dagangannya. Ada juga pendapat yang mengatakan, bahwa ia dijuluki Dajjal karena
mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan hatinya, artinya, ia menutupi
maksud yang sebenarnya dengan kata-kata palsu.
Kata Ya'juj dan Ma juj berasal dari kata ajja atau ajij dalam wazan
Yaf'ul; kata ajij artinya nyala api. Tetapi kata ajja berarti pula asra'a,
maknanya berjalan cepat. Itulah makna yang tertera dalam kamus Lisanul-'Arab.
Ya'juj wa-Ma'juj dapat pula diibaratkan sebagai api menyala dan air
bergelombang, karena hebatnya gerakan
data Dajjal tak tertera dalam Al-Qur'an, tetapi dalam Hadits sahih
diterangkan, bahwa sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir dari surat
al-Kahfi melindungi orang dari fitnahnya Dajjal, jadi menurut Hadits ini,
Al-Quran memberi isyarat siapakah Dajjal itu. Mengenai hal ini diterangkan
dalam Kitab Hadits yang amat sahih sebagai berikut:
"Barang
siapa hapal sepuluh ayat pertama Surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari
(fitnahnya) Dajjal."
(fitnahnya) Dajjal."
"Barang
siapa membaca sepuluh ayat terakhir dari surat Al-Kahfi, ia akan selamat dari
(fitnahnya) Dajjal."
Boleh
jadi, dalam menyebut sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir, itu yang
dituju ialah seluruh surat Al-Kahfi yang melukiskan ancaman Nasrani yang beraspek
dua, yang satu bersifat keagamaan, dan yang lain bersifat keduniaan. Bacalah
sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat terakhir surat Al-Kahfi, anda akan
melihat seterang-terangnya bahwa yang dibicarakan dalam dua tempat itu adalah
ummat Nasrani.
Mula-mula
diuraikan aspek keagamaan, yang dalam waktu itu Nabi Muhammad dikatakan sebagai
orang yang memberi peringatan umum kepada sekalian manusia (ayat 2), lalu
dikatakan sebagai orang yang memberi peringatan khusus kepada ummat Nasrani
(ayat 4), yaitu ummat yang berkata bahwa Allah memungut Anak laki-laki.
Demikianlah bunyinya:
"Segala
puji kepunyaan Allah Yang menurunkan Kitab kepada hamba-Nya ..., ... agar ia
memberi peringatan tentang siksaan yang dahsyat dari Dia… dan ia memperingatkan
orang-orang yang berkata bahwa Allah memungut anak laki-laki." (18:1-4).
Terang
sekali bahwa yang dituju oleh ayat tersebut ialah ummat Nasrani, yang ajaran
pokok agamanya ialah Tuhan mempunyai Anak laki-laki. Dalam sepuluh ayat
terakhir surat Al-Kahfi diuraikan seterang--terangnya, bahwa ummat Nasrani
mencapai hasil gemilang di lapangan duniawi. Demikianlah bunyinya :
"Apakah
orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-Ku sebagai
pelindung selain Aku?… Katakan Apakah Kami beritahukan kepada kamu orang-orang
yang paling rugi perbuatannya? (Yaitu) orang yang tersesat jalannya dalam
kehidupan dunia, dan mereka mengira bahwa mereka adalah orang yang mempunyai
keahlian dalam membuat barang-barang." (18: 102-104).
Ini
adalah gambaran tentang bangsa-bangsa Barat yang diramalkan dengan kata-kata
yang jelas. Membuat barang adalah keahlian dan kebanggaan ummat Nasrani, dan
ciri-khas inilah yang dituju oleh ayat tersebut. Mereka berlomba-lomba membuat
barang-barang, dan mereka begitu sibuk datam urusan ini, sehingga penglihatan
mereka akan nilai-nilai kehidupan yang tinggi, menjadi kabur sama sekali.
Membuat barang--barang, sekali lagi membuat barang-barang, adalah satu-satunya
tujuan hidup mereka di dunia. Jadi, sepuluh ayat pertama dan sepuluh ayat
terakhir surat Al-Kahfi menerangkan dengan jelas bahayanya ajaran Kristen
tentang Putra Allah, dan tentang kegiatan bangsa-bangsa Kristen di lapangan
kebendaan, dan inilah yang dimaksud dengan fitnahnya Dajjal.
Ya'juj
wa-Ma'juj diuraikan dua kali dalam Al-Quran. Yang pertama diuraikan dalam surat
al-Kahfi, sehubungan dengan uraian tentang gambaran Dajjal. Menjelang
berakhimya surat al-Kahfi, diuraikan tentang perjalanan Raja Dhul-Qarnain* ke
berbagai jurusan untuk memperkuat tapal-batas kerajaannya.
Ternyata
bahwa menurut sejarah, raja ini ialah raja Persi yang bernama Darius I.
Diterangkan dalam surat tersebut, bahwa perjalanan beliau yang pertama,
berakhir di laut Hitam. "Sampai tatkala ia mencapai ujung yang paling
Barat, ia menjumpai matahari terbenam dalam sumber yang berlumpur hitam."
(18:86). Ternyata bahwa yang dimaksud sumber yang berlumpur hitam ialah Laut
Hitam.
Selanjutnya
diuraikan dalam surat tersebut, kisah perjalanan beliau ke Timur "Sampai
tatkala ia mencapai tempat terbitnya matahari, ia menjumpai matahari terbit di
atas kaum yang tak Kami beri perlindungan dari (matahari) itu" (18:90).
Selanjutnya diuraikan tentang perjalanan beliau ke Utara. "Sampai tatkala
ia mencapai (suatu tempat) diantara dua bukit" (18:93).
Yang
dimaksud dua bukit ialah pegunungan Arme-nia dan Azarbaijan. Dalam perjalanan
ke Utara ini, raja Dhul-Qarnain berjumpa dengan suatu kaum yang berlainan
bahasanya, artinya, mereka tak mengerti bahasa Persi. Kaum ini mengajukan
permohonan kepada raja Dhul-Oarnain sbb: "Wahai Dhul-Qarnain! Sesungguhnya
Ya'juj wa-Ma'juj itu membuat kerusakan di bumi. Bolehkah kami membayar upeti
kepada engkau, dengan syarat sukalah engkau membangun sebuah rintangan antara
kami dan mereka" (18:94).
Selanjutnya
Al-Qur'an menerangkan, bahwa raja Dhul-Qarnain benar-benar membangun sebuah
tembok** dan sehubungan dengan itu, Al-Qur'an menyebut-nyebut besi dan tembaga
sebagai bahan untuk membangun pintu gerbang:
"Berilah
aku tumpukan besi, sampai tatkala (besi) itu memenuhi ruangan di antara dua
bukit, ia berkata: 'Bawalah kemari cairan tembaga yang akan kutuangkan di
atasnya' (18:96). Dalam ayat 97 diterangkan, bahwa tatkala tembok itu selesai,
mereka (Ya'juj wa-Ma'juj) tak dapat menaiki itu, dan tak dapat pula melobangi
itu. Dalam ayat 98, raja Dhul-Qarnain menerangkan, bahwa bagaimanapun kuatnya,
tembok ini hanya akan berfaedah sampai jangka waktu tertentu, dan akhirnya
tembok ini akan runtuh. Lalu kita akan dihadapkan kepada peristiwa yang lain.
"Dan pada hari itu, Kami akan membiarkan sebagian mereka (Ya'juj wa-Ma'juj)
bertempur melawan sebagian yang lain" (18:99).
*[Kata
Dhul-Qarnain makna aslinya "mempunyai dua tanduk", tetapi dapat
berarti pula "orang yang memerintah dua generasi", atau, "orang
yang memerintah dua kerajaan. Makna terakhir ini diberikan oleh musafir besar
Ibnu Jarir. Dalam kitab perjanjian lama, Kitab Nabi Daniel, terdapat
uraian tentang impian nabi Daniel, dimana ia melihat seekor domba bertanduk
dua. Impian itu ditafsirkan dalam al-Kitab dengan kata-kata sebagai berikut:
"Adapun domba jantan, yang telah kau lihat dengan tanduk dua pucuk, yaitu
raja Media dan Persi, (Daniel 8:20). Diantara raja Media dan Persi, yang paling
cocok dengan gambaran Al-Quran, ialah raja Darius I (521-485 sebelum Kristus).
Jewish
Encyclopaedia menerangkan sbb : "Darius adalah negarawan yang ulung.
Peperangan yang beliau lakukan hanyalah dimaksud untuk membulatkan tapal-batas
kerajaannya, yaitu di Armenia, Kaukasus, India, sepanjang gurun Turania dan
dataran tinggi Asia Tengah". Pendapat ini dikuatkan oleh Encyclopaedia
Britannica sbb: "Tulisan yang diukir dalam batu menerangkan bahwa raja
Darius adalah pemeluk agama Zaratustra yang setia. Tetapi beliau juga seorang
negarawan yang besar. Pertempuran yang beliau lakukan, hanyalah untuk
memperoleh tapal-batas alam yang kuat bagi kerajaannya, demikian pula untuk
menaklukkan suku bangsa biadab di daerah perbatasan. Jadi, raja Darius
menaklukkan bangsa biadabdi pegunungan Pontic dan Atmenia,dan meluaskan
kerajaan Persia sampai Kaukasus"].
**[Rintangan
atau tembok yang diuraikan disini ialah tembok yang termasyur di Derbent (atau
Darband) yang terletak di pantai Laut Kaspi. Dalam kitab Marasidil - Ittila',
kitab ilmu-bumi yang termasyur, terdapat uraian tentang hal itu. Demikian pula
dalam kitabnya lbnu at-Faqih. Encyclopaedia Biblica menjelaskan tembok itu sbb
:.Derbent atau Darband adalah sebuah kota kerajaan Persi di Kaukasus, termasuk
propinsi Daghistan, di pantai Barat laut Kaspi… Di ujung sebelah Selatan,
terletak Tembok Kaukasus yang menjulang ke laut, yang panjangnnya 50 mil, yang
disebut Tembok Alexander…Tembok ini seluruhnya mempunyai ketinggian 29 kaki,
dan tebal ± 10 kaki; dan dengan pintu gerbangnya yang dibuat dari besi, dan
berpuluh-puluh menara-pengintai, merupakan pertahanan tapal-batas kerajaan
Persi yang kuat]
egera setelah Al-Qur'an menerangkan pertempuran satu sama lain antara
Ya'juj wa-Ma'juj, ayat 102 menerangkan persoalan Dajjal. "Apakah
orang-orang kafir mengira bahwa mereka dapat mengambil hamba-hamba-Ku sebagai
pelindung di luar Aku?" (18:102). Ini menunjukkan bahwa Al-Qur'an
mempersamakan Dajjal dengan Ya'juj wa-Ma'juj. Mereka diberi nama yang berlainan
karena mempunyai dua fungsi yang berlainan.
Adapun
mengenai identitas Ya'juj wa-Ma'juj para mufassir tak sama pendapatnya. Ibnu
Katsir berkata, bahwa Ya'juj wa-Ma'juj adalah keturunan Adam, dan pendapat ini
dikuatkan oleh Hadits Bukhari dan Muslim. Menurut kitab Ruhul-Ma'ani, Ya'juj
wa-Ma'juj adalah dua kabilah keturunan Yafits bin Nuh, yang bangsa Turki adalah
sebagian dari mereka; mereka disebut Turki, karena mereka turiku (ditinggalkan)
di sebelah sananya tembok. Selain itu, menurut uraian Al-Qur'an, terang sekali
bahwa mereka adalah sebangsa manusia, yang untuk menghalang-halangi serbuan
mereka, terpaksa dibangun sebuah tembok.
Adapun
yang kedua, Ya'juj wa-Ma'juj diuraikan dalam Al-Qur'an sbb : "Sampai
tatkala Ya'juj wa-Ma'juj dilepas, mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat
tinggi" (20:96). Ternyata bahwa yang dimaksud dengan kalimat
"mengalir dari tiap-tiap tempat yang tinggi" ialah bahwa mereka akan
menguasai seluruh dunia. Menilik cara Al-Qur'an menerangkan Ya'juj wa-Ma'juj
dalam dua tempat tersebut, terang sekali bahwa akan tiba saatnya Ya'juj
wa-Ma'juj mengalahkan sekalian bangsa di dunia. Dan terang pula bahwa pada
waktu Al-Qur'an diturunkan, Ya'juj wa--Ma'juj sudah ada, tetapi gerak-gerik
mereka masih tetap terkekang sampai saat tertentu, yang sesudah itu, mereka
akan terlepas untuk
menguasai seluruh dunia
menguasai seluruh dunia
Mungkin orang akan bertanya, jika sekiranya Dajjal dan Ya'juj wa-Ma'juj
adalah dua sebutan yang berlainan untuk menamakan satu bangsa, mengapa
Al-Qur'an anya menyebutkan nama Ya'juj wa--Ma'juj saja, dan tak sekali-kali
menyebutkan nama Dajjal? Sebabnya ialah bahwa kata Dajjal, sebagaimana kami
terangkan di atas, artinya "pembohong" atau "penipu", dan
tak seorangpun suka disebut pembohong atau penipu, walaupun ia benar-benar
seorang pembohong atau penipu yang ulung.
Sebaliknya,
oleh karena Ya'juj wa-Ma'juj itu nama suatu bangsa, maka tak seorangpun akan
merasa keberatan memakai nama itu. Bahkan sebenarnya, bangsa Inggris sendiri
telah memasang patung Ya'juj wa-Ma'juj di depan Guildhall di London. Inilah
sebabnya mengapa Al-Qur'an hanya menggunakan nama Ya'juj wa-Ma'juj, dan tak
menggunakan nama Dajjal yang artinya pembohong. Sebaliknya, kitab-kitab Hadits
menggunakan kata Dajjal, karena nama Dajjal atau Anti Christ, dan
ramalan-ramalan yang berhubungan dengan ini, disebutkan dalam Kitab Suci yang
sudah-sudah. Oleh karena itu, perlu sekali dijelaskan bagaimana terpenuhinya
ramalan-ramalan itu.
Selain
itu, kata Dajjal hanya menunjukkan satu aspek persoalan, yakni, kebohongan dan
penipuan yang dilakukan oleh bangsa itu, baik mengenai urusan agama, maupun
mengenai urusan duniawi. Akan tetapi terlepas dari sifat-sifatnya yang buruk,
ada pula segi kebaikannya.
Dipandang
dari segi duniawi, kesejahteraan materiil mereka harus dipandang sebagai segi
kebaikan mereka. Itulah sebabnya mengapa dalam Hadits digambarkan, bahwa mata
Dajjal yang hanya satu, yaitu mata duniawi; gemerlap bagaikan bintang. Al-Our'an
juga menerangkan keahlian mereka dalam membuat barang-barang. Jadi julukan
Dajjal hanyalah sebagian dari gambaran bangsa itu.
Dalam
Al-Qur'an, bangsa-bangsa Kristen disebut "para penghuni Gua dan
inskripsi" (18:9). Gambaran ini menggambarkan dua aspek sejarah agama
Kristen. "Para penghuni Gua" merupakan gambaran yang tepat bagi kaum
Kristen dalam permulaan sejarah mereka karena pada waktu itu ciri khas mereka
yang paling menonjol ialah hidup dalam biara. Mereka meninggalkan sama sekali
urusan duniawi untuk mengabdikan sepenuhnya dalam urusan agama. Dengan
perkataan lain, mereka membuang dunia guna kepentingan agama.
Akan
tetapi pada zaman akhir, mereka digambarkan sebagai "Bangsa Inskripsi
(ar-raqimi)". Kata raqmun artinya barang yang ditulis. Kata ini khusus
digunakan bagi harga yang ditulis pada barang-barang dagangan, seperti pakaian
dan sebagainya. Gambaran ini mengandung arti penyerapan mereka yang amat dalam,
dalam urusan duniawi, fakta ini diuraikan dalam Al-Qur'an sbb:
"Orang-orang yang usahanya menderita rugi dalam kehidupan dunia ini"
(18:104).
Jadi,
bangsa Kristen yang pada permulaan sejarah mereka membuang dunia untuk
kepentingan agama, tetapi pada zaman akhir, mereka membuang agama untuk
kepentingan dunia; oleh sebab itu, mereka dikatakan dalam Al-Qur'an sebagai
"salah satu pertanda Kami yang mengagumkan" (18:9). Sabda Al-Qur'an
tersebut di atas adalah gambaran yang tepat tentang kecondongan mereka kepada
kebendaan. Oleh karena dalam urusan duniawi, mereka lebih maju dari bangsa-bangsa
lain, maka bangsa lain itu mengikuti mereka secara membuta-tuli, karena
terpikat oleh keuntungan-keuntungan duniawi yang dijamin oleh mereka.
Jadi,
bangsa-bangsa Kristen menyesatkan bangsa-bangsa lain di dunia, bukan saja
dengan pengertian yang salah tentang Putra Allah dan Penebusan dosa, melainkan
pula dengan cita-cita mengejar-ngejar kebendaan secara membuta-tuli, dengan
mengabaikan sama sekali nilai-nilai hidup yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
dalam Hadits, mereka diberi nama Dajjal, atau penipu ulung
Dalam Kitab Yehezkiel 38:1-4, diterangkan sbb: "Dan lagi datanglah firman Tuhan kepadaku, bunyinya: Hai anak Adam! Tujukkanlah mukamu kepada Juj dan tanah majuj, raja Rus, Masekh dan Tubal, dan bernubuatlah akan halnya. Katakanlah: Demikianlah firman Tuhan Hua. Bahwasanya Aku membalas kepadamu kelak, hai Juj, raja Rus, masekh dan Tubal. Dan kubawa akan dikau berkeliling dan kububuh kait pada rahangmu ... "
Di sini Juj diuraikan seterang-terangnya, dan Juj di sini adalah sama dengan Ya'juj dalam Al-Qur'an. Dia dikatakan sebagai raja Rusia, Moscow dan Tubal. Adapun Majuj (Ma'juj), hanya dikatakan "tanah Ma'juj".
Tiga nama yang disebutkan dalam kitab Bible ialah: Rus atau Rusia, Masekh atau Moscow, dan Tubal atau Tobolsk. Rusia adalah nama negara, sedangkan Omask dan Tubal adalah nama dua sungai di sebelah Utara pegunungan Kaukasus. Pada sungai Omask terletak kota Moscow, dan pada sungai Tubal terletak kota Tobolsk; dua-duanya merupakan kota Rusia yang termasyur. Mengingat terangnya gambaran ini, maka tak diragukan lagi siapa Ya'juj itu.
Jadi terang sekali bahwa Juj ialah Russia, tempat kediaman bangsa Slavia. Adapun Ma'juj adalah negara itu juga. Jadi di satu fihak, Juj dikatakan sebagai raja Rusia, di lain fihak, ia digambarkan mendiami tanah Majuj. Rusia terletak di Eropa. Penduduk Eropa terdiri dari dua pokok suku-bangsa, yaitu Slavia dan Teutonia. Bangsa Teutonia meliputi bangsa Britis dan bangsa Jerman. Ini menunjukkan seterang-terangnya bahwa Juj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Timur (Slavia), sedangkan Majuj adalah nama bangsa-bangsa Eropa Barat, yaitu bangsa Teutonia.
Dan terang pula bahwa dua bangsa ini mula-mula sekali mendiami tanah yang sama. Boleh jadi, Juj dan Majuj adalah nama atau julukan nenek-moyang dua bangsa ini. Hal ini dibuktikan adanya kenyataan bahwa patung Ya'juj dan ma'juj itu sejak zaman dahulu sudah berdiri di depan Guildhall di London yang termasyur. Jika dua nama itu tak ada hubungannya dengan nenek-moyang bangsa-bangsa ini, mengapa patung mereka itu dipasang di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat ?
Berdasarkan keterangan tersebut dalam kitab Bible ditambah dengan bukti sejarah yang dilengkapi dengan dua patung di London, sudah dapat dipastikan bahwa Ya'juj wa-Ma'juj bukanlah nama khayalan, melainkan nama dua suku bangsa yang mendiami Benua Eropa, dan yang seluruhnya menutupi dataran Eropa. Menilik tanda-tanda yang terang tentang identitas bangsa-bangsa itu, maka apa yang diuraikan dalam Al-Qur'an bahwa Ya'juj wa-Ma'juj akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi, ini tak dapat diartikan lain selain bahwa bangsa-bangsa Eropa akan menguasai seluruh muka bumi.
Bahkan kalimat "kulli hadabin" yang artinya tiap-tiap tempat tinggi ini menunjukkan, bahwa mereka bukan saja unggul dalam bidang fisik, melainkan pula dalam bidang intelektuil, sehingga bangsa-bangsa lain di dunia bukan saja diperbudak jasmaninya, melainkan pula rohaninya. Jadi, Al-Qur'an memberi gambaran yang nyata kepada kita tentang merajalelanya kekuasaan politik dan kebudayaan Eropa di seluruh dunia, dan runtuhnya ummat Islam pada akhir zaman; kenyataan ini memang aneh, tetapi ini membuktikan seterang-terangnya akan kebenaran Islam.
da beberapa masalah penting yang harus diingat sehubungan dengan
gambaran Dajjal yang termuat dalam Al-Hadits. Yang pertama ialah bahwa ramalan
Nabi Muhammad SAW tentang munculnya Dajjal itu didasarkan atas kasyaf (visiun).
Sebuah Hadits sahih dari Nawas bin Sam'an mengenai Dajjal, yang diriwayatkan
oleh Imam Tirmidhi, terdapat kata--kata sbb:
"Seakan-akan
ia (Dajjal) mirip dengan "Abdul-'Uzza". Kata seakan--akan ini terang
sekali menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW menggambarkan keadaan yang beliau
lihat dalam visiun (kasyaf); hal ini memberi keyakinan kepada kita bahwa
ramalan beliau mengenai Dajjal itu berasal dari kasyaf atau ru'yah. Tetapi pada
waktu menceritakan ramalan-ramalan itu, biasanya tak diterangkan bahwa
kenyataan itu dilihat dalam kasyaf atau ru'yah.
Apa-apa
yang dilihat dalam ru'yah (kasyaf) itu biasanya harus ditafsirkan. Al-Qur'an
sendiri menceritakan beberapa impian, yang artinya berlainan sekali dengan arti
kalimatnya. Misalnya, dalam mimpi Nabi Yusuf melihat matahari, bulan dan
sebelas bintang bersujud ke-pada beliau. Tetapi arti impian ini yang
sesungguhnya ialah bahwa Allah akan menaikkan derajat dan kedudukan beliau.
Selanjutnya
dalam mimpi Raja melihat tujuh ekor sapi kurus menelan tujuh ekor sapi gemuk.
Adapun artinya ialah simpanan gandum selama tujuh tahun musim baik akan habis
dimakan dalam tujuh tahun musim kering.
Dalam
Hadits juga diriwayatkan impian Nabi Muhammad yang artinya berlainan sekali
dengan kejadian yang dilihat dalam mimpi. Misalnya, dua gelang yang beliau
lihat dalam mimpi, artinya, dua nabi palsu; tangan panjang artinya dermawan.
Selain itu, pada umumnya orang mengakui bahwa ramalan-ramalan itu dibungkus
dengan kalam ibarat.
Oleh
karena itu, apa yang nomor satu harus diingat sehubungan dengan ramalan-ramalan
tentang Dajjal, ialah bahwa ramalan itu penuh dengan kalam ibarat. Selanjutnya,
karena ramalan itu tak berhubungan dengan Hukum Syari'at, maka akan mengalami
dua macam kesukaran.
Pertama,
orang-orang yang menceritakan ramalan itu kurang begitu hati-hati terhadap
penyimpanan sabda yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW mengenai masalah ini,
seperti hati-hati mereka terhadap penyimpanan sabda beliau mengenai Hukum
Syari'at.
Kedua,
oleh karena tak ada alat untuk mengetahui arti yang sebenarnya dari ramalan
itu, sebelum ini menjadi kenyataan, maka tak jarang terjadi bahwa ucapan Nabi
Muhammad SAW itu keliru ditangkapnya, sehingga kesan yang keliru ini mengakibatkan
adanya penambahan dan perubahan dalam Hadits itu.
Sebagaimana kami terangkan di atas, Dajjal dan Ya'juj wa Ma'juj adalah
dua macam sebutan untuk menamakan suatu bangsa. Mereka disebut Dajjal karena
kebohongan dan penipuan mereka tentang hal agama, sedangkan sebutan Ya'juj wa
Ma'juj karena mereka mempunyai kekuasaan politik. Akan tetapi orang akan
menjadi bingung mengenai Hadits yang menerangkan Masih Mau'ud akan membunuh
Dajjal, menerangkan pula bahwa beliau tak dapat membunuh Ya'juj wa Ma'juj,
padahal sebenarnya, jika Dajjal sudah dibunuh, dengan sendiri nya Ya'juj wa
Ma'juj akan terbunuh. Namun Hadits itu berbunyi sbb:
"Maka
akan diwahyukan kepada al-Masih, bahwa aku telah menciptakan sebagian Hamba-Ku,
yang tak seorangpun dapat membunuh mereka kecuali Aku sendiri" (Kanzul-'
Ummal, jilid VII halaman. 3021 ).
Hadits
lain lagi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, berbunyi sbb :
"Lalu
orang akan datang kepada nabi lsa… Tatkala beliau dalam keadaan demikian, Allah
bersabda kepada Nabi lsa: Aku telah menciptakan sebagian hamba-Ku yang tak
seorangpun mempunyai kekuatan untuk mengalahkan mereka, maka dari itu bawalah
hamba-hamba-Ku ke bukit. Dan Allah akan membangkitkan Ya'juj wa Ma'juj, dan
mereka akan mengalir dari tiap-tiap tempat tinggi". (Misykat, halaman
473).
Sungguh
aneh sekali, bahwa sekalipun Dajjal mati terbunuh, dan nafasnya Masih Mau'ud
begitu ampuh hingga barang-siapa terkena nafas beliau, ia akan mati seketika
itu juga, dan nafas beliau akan mencapai jarak sejauh penglihatan beliau, namun
demikian, Ya'juj wa Ma'juj adalah begitu kuat hingga orang yang menyertai
Al-Masih diperintahkan supaya mengungsi ke bukit. Bukan Ya'juj wa Ma'juj yang
mati terbunuh oleh nafas Al-Masih, melainkan Al-Masih sendiri yang terpaksa
mengungsi untuk menyelamatkan diri dari kekuatan mereka yang tak terkalahkan,
selanjutnya diterangkan bahwa Al-Masih pun tak mempunyai kekuatan untuk
memerangi dan membunuh Ya'juj wa Ma'juj. Lalu, apakah untungnya membunuh
Dajjal, jika bangsa yang lebih kuat daripada Dajjal (Ya'juj wa Ma'juj), akan
menggantikan kedudukannya ?
Akhirnya,
setelah dipertimbangkan masak-masak, hanya ada satu kesimpulan bahwa yang
dimaksud membunuh Dajjal bukanlah menyembelih seseorang, karena Dajjal bukanlah
orang, melainkan segolongan bangsa, demikian pula bukanlah berarti membinasakan
bangsa-bangsa itu, karena sebagaimana kami terangkan di atas, bangsa- bangsa
itu akan tetap ada sampai Hari Kiyamat, dan Al-Masih sendiri diberi tahu oleh
Allah melalui wahyu-Nya, bahwa beliau tak dapat mengalahkan mereka. Semua itu
menunjukkan seterang-terangnya bahwa kejahatan mereka di lapangan agama,
disebut fitnahnya Dajjal, karena mereka menyesatkan manusia dari jalan benar
dengan tipu muslihat mereka; sedangkanYa'juj wa Ma'juj memperlihatkan kejahatan
mereka dalam bidang politik. Itulah sebabnya mengapa sekalipun Dajjal mati
terbunuh, tetapi Ya'juj wa Ma'juj masih tetap hidup.
Kini
teranglah bahwa walaupun fitnah Dajjal dalam bidang agama telah dibasmi oleh
Masih Mau'ud, namun kejahatan mereka dalam bidang politik tak dapat dibasmi.
Untuk membasmi kejahatan mereka dalam bidang politik, akan dilakukan dengan
kekuatan lain. Mungkin pembasmian dalam bidang ini akan dilakukan dengan jalan
pertempuran diantara mereka sendiri, sebagaimana diuraikan dalam Al-Qur'an sbb:
"Dan
pada hari itu, kami akan membiarkan sebagian mereka (Ya'juj wa Ma'juj)
bertempur melawan sebagian yang lain" (18:99).
Dengan
perkataan lain, mereka akan saling bertempur, sebagaimana telah mereka lakukan
dalam dua Perang Dunia. Atau boleh jadi, sebagian besar bangsa-bangsa itu akan
terhindar dari kehancuran karena mereka masuk Islam, hal ini diisyaratkan oleh
suatu Hadits bahwa pada zaman akhir "matahari akan terbit di Barat",
ini berarti bahwa kebenaran Islam akan nampak di kalangan bangsa-bangsa Barat.
Bukanlah omong kosong bahwa dalam ru'yah Nabi SAW melhat Dajjal bertawaf
mengelilingi Ka'bah, yang ini mengisyaratkan bahwa akhirnya bangsa-bangsa Eropa
akan masuk Islam.